(Jakarta, MADINA): Menteri Agama Muhammad M Basyuni
menyatakan prihatin karena Indonesia disebut-sebut sebagai negara yang
mengalami pertumbuhan HIV/AIDS tercepat di Asia. “Ini artinya
perilaku-perilaku yang menyebabkan terjadinya penularan HIV/AIDS seperti
homoseks, prostitusi, pergaulan seks bebas, dan penyalahgunaan narkoba
cukup marak,” katanya.
Hal itu dikemukakan Menteri Agama pada Pertemuan
Nasional HIV dan AIDS Lintas Agama di Kementerian Koordinator bidang
Kesejahteraan Rakyat, Jakarta, Senin pekan lalu.
Dikemukakan
perilaku-perilaku tersebut sangat tidak dianjurkan oleh agama. Hanya
persoalannya meskipun jumlahnya sekitar 200 ribu orang atau satu per
seribu dari jumlah penduduk Indonesia, namun hal itu menjadi sangat naïf
karena terjadi di Negara yang menggunakan dasar falsafah Ketuhanan Yang
Maha Esa atau negara yang menjadikan agama sebagai pedoman hidup
masyaratnya.
Menag menegaskan bahwa agama melarang
perilaku-perilaku tersebut. Dalam Islam jelas melarang prostitusi atau
seks bebas seperti disebutkan di sejumlah ayat di Alquran. Misalnya umat
Nabi Nuh dihancurkan oleh Allah karena tidak mau beriman dan senang
melakukan hubungan seks dengan sesame lelaki (homoseksual).
Demikian
juga halnya di Injil yang menyatakan kehidupan dosa seperti percabulan,
seks bebas dan narkoba sesuatu yang dilarang. Dalam kitab suci agama
Hindu maupun agal Buddha juga jelas tetrulis larangan perilaku-perilaku
tersebut.
“Karenanya agama mempunyai tanggung
jawab besar untuk menyelamatkan bangsa kita dari serang HIV/AIDS.
HIV/AIDS bukan hanya persoalan kesehatan atau kedokteran semata, bahkan
yang terbesar persoalan moral dan agama, persoalan keimanan dan
letalwaan kepada Tuhan,” tegas Menteri Agama.
Dia
mengemukakan sebagian orang mungkin akan menganggap HIV/AIDS sebagai
adzab bagi mereka yang berani menentang larangan Tuhan sebagaimana
halnya pernah terjadi pada umat Nabi Nuh. Namun bagi para pemuka agama
menjadi kewajiban untuk menolong mereka yang berada dalam kesulitan dan
kesengsaraan, menasihati dan mengajak mereka yang berada dalam kesulitan
dan kesengsaraan.
Jika pencegahan dan
penanggulangan HIV/AIDS dibagi dalam tiga bagian strategi, yakni
membentengi, memerangi dan memperbaiki, maka agama terlibat langsung
dalam dua hal yaitu membentengi dan memperbaiki.
Dalam
kaitan ini para pemuka agama berperan sangat besar dan strategis dalam
upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS. “Para ulama, pemuka agama
adalah pemimpin, pengayom, Pembina dan pembimbing umat. Kata dan
petuahnya menjadi fatwa yang diikuti dan dilaksanakan oleh masyarakat,”
tuturnya.
Sudah masuk ke keluarga
Sudah masuk ke keluarga
Sementara
itu Menko Kesra Aburizal Bakrie mengingatkan bahwa kasus HIV/AIDS saat
ini sudah mulai masuk ke tengah keluarga. “Sudah ada ibu-ibu rumah
tangga dan bayi-bayi mereka terindikasi HIV,” katanya dalam sambutan
tertulis yang dibacakan Sekretaris KPAN Nafsiah Mboi.
Senarnya
Aburizal sudah berada di kantor, namun tiba-tiba dipanggil Presiden
dalam kaitannya dengan perombakan kabinet. Menko Kesra selaku Ketua
Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional mengemukakan survai di
kalangan wanita tuna susila (WTS) di berbagai tempat di Indonesia
mengungkapkan proporsi hubungan seks tanpa kondom sangat tinggi.
Pelanggan pria tidak mau menggunakan kondom, walaupun kondom tersedia
dan ditawarkan. Perilaku inilah yang membuat HIV/AIDS merambah ke tengah
keluarga.
“Bila pola ini terus berlanjut dan
tidak kita hentikan, keberlangsungan bangsa juga dapat terancam seperti
halnya yang terjadi di Afrika. Oleh karena itu penyebaran HIV dan AIDS
di Indonesia harus segera kita cegah saat ini juga,” katanya.
Dalam
kaitan ini agama salah satu pilar sosial utama masyarakat dan membantu
meraka membentuk persepsi terhadap diri mereka dan orang lain. Agama
juga membantu membentuk persepsi pribadi mengenai berbagai fenomena
sosial dalam masyarakat.
Persepsi masyarakat
terhadap identitas gender dan status sosial perempuan di masyarakat dan
juga persepsi terhadap IIDS dan orang yang hidup dengan AIDS (ODHA),
sangat besar dipengaruhi oleh agama melalui organisasi keagamaan dan
para pemuka agama masing-masing.
“Maka agama,
organisasi keagamaan dan pemuka agama memiliki peranan penting dalam
membantu menanggulangi akar permasalahan sosial dalam masyarakat yang
mendorong meluasnya epidemik AIDS,” tambahnya.
Organisasi
keagamaan dan pemuka agama, menurut Aburizal Bakrie, dapat memberikan
contoh kepemimpinan, misalnya dalam upaya perlindungan perempuan dan
remaja putri dari infeksi HIV/AIDS, turut memperjuangkan kehormatan dan
hak kaum marjinal, serta membantu memberikan informasi jujur dan benar
tentang HIV/AIDS.
Organisasi keagamaan juga
dapat menjadi wadah penting dalam mendukung masa transisi anak remaja
menjadi orang dewasa. ”Pemuka agama perlu secara terbuka memberikan
informasi mengenai seksualitas, kesehatan reproduksi dan pencegahan HIV
untuk membantu menciptakan manusia dewasa yang berpengetahuan dan
bertanggung jawab,” tambah Aburizal. (her)
0 komentar:
Posting Komentar