Pages

Kamis, 15 November 2012

Waspadai, Perilaku Menyimpang Kian Marak

(Jakarta, MADINA): Menteri Agama Muhammad M Basyuni menyatakan prihatin karena Indonesia disebut-sebut sebagai negara yang mengalami pertumbuhan HIV/AIDS tercepat di Asia. “Ini artinya perilaku-perilaku yang menyebabkan terjadinya penularan HIV/AIDS seperti homoseks, prostitusi, pergaulan seks bebas, dan penyalahgunaan narkoba cukup marak,” katanya.

Hal itu dikemukakan Menteri Agama pada Pertemuan Nasional HIV dan AIDS Lintas Agama di Kementerian Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat, Jakarta, Senin pekan lalu.
Dikemukakan perilaku-perilaku tersebut sangat tidak dianjurkan oleh agama. Hanya persoalannya meskipun jumlahnya sekitar 200 ribu orang atau satu per seribu dari jumlah penduduk Indonesia, namun hal itu menjadi sangat naïf karena terjadi di Negara yang menggunakan dasar falsafah Ketuhanan Yang Maha Esa atau negara yang menjadikan agama sebagai pedoman hidup masyaratnya.
Menag menegaskan bahwa agama melarang perilaku-perilaku tersebut. Dalam Islam jelas melarang prostitusi atau seks bebas seperti disebutkan di sejumlah ayat di Alquran. Misalnya umat Nabi Nuh dihancurkan oleh Allah karena tidak mau beriman dan senang melakukan hubungan seks dengan sesame lelaki (homoseksual).
Demikian juga halnya di Injil yang menyatakan kehidupan dosa seperti percabulan, seks bebas dan narkoba sesuatu yang dilarang. Dalam kitab suci agama Hindu maupun agal Buddha juga jelas tetrulis larangan perilaku-perilaku tersebut.
“Karenanya agama mempunyai tanggung jawab besar untuk menyelamatkan bangsa kita dari serang HIV/AIDS. HIV/AIDS bukan hanya persoalan kesehatan atau kedokteran semata, bahkan yang terbesar persoalan moral dan agama, persoalan keimanan dan letalwaan kepada Tuhan,” tegas Menteri Agama.
Dia mengemukakan sebagian orang mungkin akan menganggap HIV/AIDS sebagai adzab bagi mereka yang berani menentang larangan Tuhan sebagaimana halnya pernah terjadi pada umat Nabi Nuh. Namun bagi para pemuka agama menjadi kewajiban untuk menolong mereka yang berada dalam kesulitan dan kesengsaraan, menasihati dan mengajak mereka yang berada dalam kesulitan dan kesengsaraan.
Jika pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS dibagi dalam tiga bagian strategi, yakni membentengi, memerangi dan memperbaiki, maka agama terlibat langsung dalam dua hal yaitu membentengi dan memperbaiki.
Dalam kaitan ini para pemuka agama berperan sangat besar dan strategis dalam upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS. “Para ulama, pemuka agama adalah pemimpin, pengayom, Pembina dan pembimbing umat. Kata dan petuahnya menjadi fatwa yang diikuti  dan dilaksanakan oleh masyarakat,” tuturnya.    
  
Sudah masuk ke keluarga  
Sementara itu Menko Kesra Aburizal Bakrie mengingatkan bahwa kasus HIV/AIDS saat ini sudah mulai masuk ke tengah keluarga. “Sudah ada ibu-ibu rumah tangga dan bayi-bayi mereka terindikasi HIV,” katanya dalam sambutan tertulis yang dibacakan Sekretaris KPAN Nafsiah Mboi.
Senarnya Aburizal sudah berada di kantor, namun tiba-tiba dipanggil Presiden dalam kaitannya dengan perombakan kabinet. Menko Kesra selaku Ketua Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional mengemukakan survai di kalangan wanita tuna susila (WTS) di berbagai tempat di Indonesia mengungkapkan proporsi hubungan seks tanpa kondom sangat tinggi. Pelanggan pria tidak mau menggunakan kondom, walaupun kondom tersedia dan ditawarkan. Perilaku inilah yang membuat HIV/AIDS merambah ke tengah keluarga. 
“Bila pola ini terus berlanjut dan tidak kita hentikan, keberlangsungan bangsa juga dapat terancam seperti halnya yang terjadi di Afrika. Oleh karena itu penyebaran HIV dan AIDS di Indonesia harus segera kita cegah saat ini juga,” katanya. 
Dalam kaitan ini agama salah satu pilar sosial utama masyarakat dan membantu meraka membentuk persepsi terhadap diri mereka dan orang lain. Agama juga membantu membentuk persepsi pribadi mengenai berbagai fenomena sosial dalam masyarakat. 
Persepsi masyarakat terhadap identitas gender dan status sosial perempuan di masyarakat dan juga persepsi terhadap IIDS dan orang yang hidup dengan AIDS (ODHA), sangat besar dipengaruhi oleh agama melalui organisasi keagamaan dan para pemuka agama masing-masing. 
“Maka agama, organisasi keagamaan dan pemuka agama memiliki peranan penting dalam membantu menanggulangi akar permasalahan sosial dalam masyarakat yang mendorong meluasnya epidemik AIDS,” tambahnya. 
Organisasi keagamaan dan pemuka agama, menurut Aburizal Bakrie, dapat memberikan contoh kepemimpinan, misalnya dalam upaya perlindungan perempuan dan remaja putri dari infeksi HIV/AIDS, turut memperjuangkan kehormatan dan hak kaum marjinal, serta membantu memberikan informasi jujur dan benar tentang HIV/AIDS.  
Organisasi keagamaan juga dapat menjadi wadah penting dalam mendukung masa transisi anak remaja menjadi orang dewasa. ”Pemuka agama perlu secara terbuka memberikan informasi mengenai seksualitas, kesehatan reproduksi dan pencegahan HIV untuk membantu menciptakan manusia dewasa yang berpengetahuan dan bertanggung jawab,” tambah Aburizal. (her)     

0 komentar:

Posting Komentar