Pages

Selasa, 30 Juli 2013

Catatan Anak Kampung

MOROWALI BELUM PERNAH TERSENYUM

Sejak diterbitkannya Undang-Undang No. 51 Tahun 1999 yang menetapkan pemekaran Kabupaten Morowali dari Kabupaten induknya Kabupaten Poso – Sulawesi Tengah, yang berkedudukan di Kolonodale sesuai amanah “sementara” dalam Undang – Undang tersebut, kemudian pada Tahun 2005 hijrah ke Bungku, sampai dengan saat ini Kabupaten yang sedang berkembang ini terus menuai berbagai permasalahan.
Permasalahan pertama (Tahun 2004-2007), soal tarik menarik antara Bungku dan Kolonodale soal penetapan Ibukota Kabupaten defenitif. Berbagai gejolak terjadi saat itu, yang semuanya diawali dengan demo masyarakat dari kedua belah pihak (Bungku dan Kolonodale – Lembo – Mori Atas). Pada puncaknya, terjadipembakaran Kendaraan Dinas Kabupaten Morowali di Bungku, dan juga terjadi pembubaran bahkan pengrusakan basecamp msyarakat di Kampung Bugis (Kolonodale) oleh Satuan Brimob Morowali pada saat masyarakat melakukan sweeping kendaraan Pertamina yang mendistribusikan BBM ke Bungku.

Permasalahan kedua (sejak tahun 2007 – sekarang), disaat Ibukota Kabupaten Morowali telah defenitif berkedudukan di Bungku. Pegawai Pemda Morowali yang rata – rata tinggal di Kolonodale, Lembo dan Mori Atas, harus bolak-balik dari tempat tinggalnya ke tempat kerja di Bungku setiap minggunya. Perjalanan antara Bungku-Kolonodale dengan menempuh jarak 119 Km setiap minggu, sangat beresiko terjadinya kecelakaan. Banyak kecelakaan yang terjadi bahkan sudah merenggut beberapa nyawa. Di Bungku, pegawai-pegawai itu tinggal dirumah-rumah kost atau kontrakan. Yang terjadi?? Banyak suami-suami yang sudah menikah menjalin “hubungan gelap” dengan wanita idaman lain dan sebaliknya isteri-isteri yang sudah menikah menjalin “hubungan gelap” dengan pria idaman lain…….hmmmmm ini adalah fakta dan tidak dapat disangkali, “siapa yang menyangkal pasti dia pencurinya (pemain).”
Permasalahan ketiga (Tahun 2009 – sekarang), disaat Kabupaten Morowali mulai berkembang, investor lokal maupun asing mulai berdatangan untuk menggali potensi sumber daya alam yang ada. Ada yang masuk sesuai prosedur, ada juga yang masuk lewat jendela yang dimanfaatkan oleh oknum pejabat yang hanya ingin “kaya sendiri”. Akibatnya, banyak lahan yang tumpang tindih. Antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya sama-sama memegang Kuasa Pertambangan (KP) namun lahannya saling tumpang tindih.
Masuknya perusahaan-perusahaan besar dalam mengelola sumber daya alam yang ada di Kabupaten Morowali juga, telah mengurangi lahan-lahan masyarakat yang mungkin dapat diolah untuk perkebunan rakyat, peternakan, dan lain sebagainya. Bahkan yang lebih parah lagi, tanah morowali telah diangkut ke negri China. Gunung-gunung ditebang habis, tanahnya diangkut ke tempat lain diluar nusantara ini. Dengan adanya perusahaan yang mengelola sumber daya alam morowali ini juga, belum ada perkembangan nyata sebagai kontribusi dari perusahaan tersebut yang dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat setempat. Bahkan jalan-jalan daerah yang sebetulnya harus diperbaiki, malah lebih rusak parah oleh karena dilalui oleh kendaraan dan alat berat perusahaan-perusahaan tersebut.
Dan yang lebih parah lagi adalah terjadinya tragedi berdarah bahkan merenggut nyawa masyarakat yang terjadi di Kecamatan Mamosalato. Masyarakat yang menuntut janji-janji untuk perbaikan daerah mereka dimana perusahaan itu berada, malah dibunuh secara tidak berperikemanusiaan.
Semakin bertambahlah penderitaan bahkan cucuran air mata warga morowali. Sampai kapan akan terus seperti ini keadaannya??
Hanyalah pemerintah Kabupaten Morowali yang dapat menentukan nasib masyarakat Morowali, pemerintahlah yang memegang peranan penting dalam mengatur seluruh aspek kehidupan masyarakat di Kabupaten Morowali. Akan sejahterakah atau semakin menderita, semuanya tergantung pada Pemerintah. Jika kebijakan-kebijakannya tepat sasaran dan mengutamakan kepentingan umum maka tentunya akan lebih baik. Tetapi selama masih mengutamakan “kantong sendiri” maka menderitalah kita.
Ini salah satu foto kegiatan penambangan yang mengakibatkan gunung menjadi gundul gundul, bahkan tanahnya diangkut ke negara lain :